Menulis,
menulis adalah sebuah keahlian. Tapi
kadang, seorang buta aksarapun bisa menulis ketika banyak kata yang tertera
dihatinya, banyak rasa dalam perasaannya ataupun banyak kisah dalam hidupnya.
Dan kadang seorang penulispun akan melempar penanya saat ia memegangnya di atas
kertas jika hatinya kosong, perasaannya hampa ataupun hidupnya kacau.
Perasaanlah yang menentukan indahnya kata, perasaanlah yang mengisyaratkan
dalamnya makna. Sedang perasaan kadang kala mengikuti suasana.
Saat
ini aku hanya mencoba menjinakkan pena, menorehkan isi hati lewat tinta.
Perasaan indahnya kesedihan dalam suasana, perasaan haru yang menjadai inspirasiku. Saat aku
mulai merenungkan hidupku, setelah ku
dapat makna ketegaran saat ku pahami karya yang luar biasa. Karaya yang
terilhami kisah nyata. Tentang tegarnya seorang remaja untuk selalu berjuang
dalam hidupnya. Menutupi sakitnya dengan senyuman, mencoba menikmati cintanya
saat senja dan menebarkan kasih sayang lewat pengorbanan. Seorang remaja yang
tak kenal putus asa. Dan selalu tulus bertahan dalam kepastian derita. Seorang
remaja yang ingin seperti bintang
sirius, yang selalu bersinar paling terang seburuk apapun cuaca diatas sana. Ia
adalah ‘keke’ dalam film ‘surat kecil untuk tuhan’. Film ini memberiku banyak
ilham tentang hidup, yang mungkin hanya sedikit yang bisa kusebutkan. Tokoh
nyata yang memberikanku arti tegar dan perjuangan.
Sungguh
benar tuhan tak akan memberikan cobaan kecuali pada mereka yang memang sanggup
menanggungnya. Betapa lemahnya aku selama ini yang selalu menganggap hidupku
ini sengsara. Padahal cobaan derita yang ku tanggung tak sedikitpun sebanding
dengan cobaan yang lebih besar pada mereka di luar sana. Dan tentu juga tak
sebanding dengan karunia yang diberikannya padaku. Aku yang selalu mengeluh
padahal hidupku berjalan normal, tubuhku utuh, jiwa dan ragaku sehat, agamaku
islam, keluargaku dalam satu atap kasih, aku mempunyai saudara dan teman yang
baik dan aku hidup. Walau mungkin memang semua tak sesempurna yang lain, tak
seperti yang ku impikan. Namun aku harus tetap selalu bersyukur, tetap
tersenyum dan tetap berjuang tanpa putus asa. Karna di luar sana masih banyak
yang tak seberuntung aku.
Aku
selalu ingin menjadi orang yang baik dan yang terbaik. Tapi kenapa aku harus
takut pada cobaan, pada penderitaan yang harus di jalani oleh yang terbaik ?.
Kenapa takut duri jika ingin memetik mawar ? kenapa tak ingin menjadi kepompong
jika ingin menjadi kupu-kupu ?. bukankah takkan da pelangi tanpa sedikit gerimis
? bukankah tangisan penderitaan adalah batu loncatan untuk sebuah senyuman
kebahagiaan?. Dalam hidup ini, penderitaan, kebahagiaan dan keberhasilan adalah
perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar